ONESHOT : Find The Way

I’m not really sure. But, happy reading 🙂

Laura mengembuskan napas keras-keras, menatap kesal ke arah ponsel yang sejak sejam lalu terus bergetar setiap dua menit sekali. Peneleponnya orang yang sama. Orang yang membuat Laura sangat kesal.

Sumpah, rasanya ingin sekali Laura mencampak benda pipih itu ke tong sampah jika ia tidak ingat sedang menunggu kiriman foto dari Stuart dan Eleanor, teman satu kelompoknya yang sedang berada di pedalaman Kalimantan untuk melakukan penelitian mengenai persebaran suku Dayak Punan, salah satu rumpun Dayak yang masih primitif, sehingga mengusik rasa penasaran mereka untuk meneliti suku tersebut untuk kemudian dijadikan bahan laporan akhir mereka di semester ini.

Laura tidak ikut terjun langsung ke lapangan. Sebaliknya, ia tetap tinggal di Cambridge dan bertugas menjadi pengumpul setiap jenis informasi yang didapatkan dari kedua rekan dan berbagai sumber lainnya. Lalu, menyalinnya ke dalam bentuk laporan ilmiah yang akan dipresentasikan pada ujian akhir.

Jadi penelitian ini bersifat wajib. 60% nilai kelulusan di semester ini ditentukan dari hasil laporan akhir mereka. Mereka diberi waktu satu setengah bulan. Waktu yang menurut Laura terlalu singkat mengingat perjalanan mereka–Stuart dan Eleanor–ke Kalimantan harus melalui terjangan arus sungai Kapuas yang ekstrim untuk dapat mencapai ke hulu. Belum lagi mereka harus mendaki, masuk hingga ke pelosok-pelosok hutan untuk mencapai perkampungan tempat penduduk suku Dayak Punan menetap. Perjalanan itu membutuhkan waktu hampir seminggu. Itu pun sudah dibantu oleh warga setempat untuk mencapai tempat tersebut. Continue reading ONESHOT : Find The Way

My Secret, His Son #15

My Secret1 copy

Puji Tuhan setelah sekian lama gak nulis, akhirnya hari ini diberi kesempatan untuk mem-posting sebuah ff yang gak seberapa ini. Well, sejujurnya kurang pede. Nih ff mengandung unsur dewasa mennnnnnn. Jadi gak sehat banget bagi kalian yang masih di bawah umur baca yang beginian. Buat yang udah cukup umur, kuucapkan happy reading dan komentarnya ditunggu 😉

Matahari bersinar cerah setibanya bus yang ditumpangi anak-anak dan para guru di tempat tujuan. Semuanya menyerbu turun–kecuali para guru tentunya. Pekikan semangat terdengar dari bibir mungil mereka. Ada yang saling bergandeng tangan, merangkul bahu, dan ada juga yang usil mengerjai teman mereka. Semuanya tampak gembira siang itu.

Semua anak dikumpulkan sebelum diberi izin masuk ke perkebunan. Mereka diberi instruksi mengenai cara terbaik memetik buah stoberi oleh seorang instruktor.

Mereka mendengarkan dengan saksama walaupun masih ada satu atau dua orang anak yang sibuk dengan diri masing-masing dan menggoda teman mereka yang sedang berkonsentrasi mendengarkan instruksi. Ada yang iseng mencolek pinggang teman mereka, menggelitik leher belakang, dan menjaili teman mereka dengan cara menarik-narik rambut–khususnya yang anak cewek. Si teman yang menjadi korban kejailan mereka hanya menggerutu dan melemparkan tatapan kesal. Tak jarang ada juga yang membalas perlakuan mereka.

Setelah pemberian instruksi selesai, masing-masing dari mereka diberi sebuah keranjang mungil. Sangat kecil hingga beberapa anak-anak mengernyitkan kening. Continue reading My Secret, His Son #15

My Secret, His Son #14

My Secret1 copy

Kayaknya udah lama banget ya MSHS gak di-update. Udah mulai basi nih. Kali ini aku kembali berduet dengan Kak Riza. Kakak yang satu ini emang Teope begete. TOP BANGET! Hihihi…. Thanks ya, Kak. *kecup basah* Dan sekarang saatnya kuucapkan selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komen atau jejak ya. Boleh komen di blog, Twitter, ataupun Facebook. Di mana pun kalian suka deh. 😉

Warning : Sejujurnya aku gak terlalu yakin sama part ini. Panjang banget soalnya dan sangat membosankan. Oh ya, kalo misalnya menemukan typo atau kesalahan penulisan, mohon dikoreksi ya 😉 Happy reading 😀

Adel tidak pernah merasa sesendirian ini. Tidak pernah bahkan ketika orangtuanya pergi ke luar negeri untuk menghadiri acara peluncuran produk terbaru perusahaan atau rapat guna memperlebar sayap perusahaan mereka di daratan Eropa, meninggalkannya sendirian di rumah dan hanya ditemani oleh seorang pengasuh yang setia mendampinginya. Ia berpikir saat itu ia masih memiliki pengasuh makanya ia tidak merasa kesepian. Rutinitas hidup seperti ini memang sudah biasa untuk kalangannya.

Sebenarnya ia merasa kesepian. Hidup di lingkungan aristokrat tak lantas membuatnya bahagia. Hidup bergelimang harta, namun tanpa cinta. Semua orang sibuk pada urusannya masing-masing. Bekerja dari pagi hingga malam demi mengumpulkan pundi-pundi kekayaan yang ia sendiri tidak mengerti untuk apa hidup bergelimang harta jika tubuh dan pikiran mereka diforsir habis-habisan. Adel sangat yakin dengan kekayaan yang dimiliki keluarganya sekarang tidak akan habis bahkan dimakan hingga tujuh turunan. Continue reading My Secret, His Son #14

ONESHOT : Remember When

Terdapat sedikit unsur dewasanya. Tapi kurasa masih amanlah. Ini hanya sebuah karya, jadi jangan terlalu dibawa serius. Happy reading 😉 Kritik dan saran kutunggu 😀 Cover-nya nyusul ya. Lagi gak megang laptop soalnya. Jadi ketik dan posting-nya via hp. Maafkan kalo ada salah-salah ya

Konsentrasi pria itu pecah ketika bunyi ponsel mengudara di ruang kerjanya. Ia meraih benda pipih yang terletak di atas meja kerja, kemudian memandang display ponsel yang menampilkan sebuah panggil masuk.

Senyum tipis mengembang di bibir pria itu. Ia meletakkan bolpoinnya, mendorong berkas yang ia baca ke samping, kemudian memutar kursi kerjanya menghadap ke luar jendela besar yang menampilkan jejeran gedung-gedung tinggi dan jalan raya yang ramai dilalui puluhan kendaraan. Seberkas cahaya kuning oranye masuk ke jendela tersebut. Pria itu sedikit menyipitkan mata, namun tidak merasa terganggu sama sekali dengan kilauan yang menusuk matanya.

“Hai,” sapanya lembut setelah menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

“Kau tidak lupa kan janji kita malam ini? Pulanglah lebih awal. Aku akan sangat kecewa jika kau tidak pulang tepat waktu,” cecar seorang gadis di seberang sana.

Senyum di bibir pria itu semakin lebar saat mendengar nada jengkel dari gadis itu.

“Tentu saja aku akan pulang tepat waktu. Aku tidak akan mengecewakanmu.” Pria itu mendengus geli.

“Baiklah. Kupegang kata-katamu. Awas kalau kau tidak menepati janjimu. Telat sedetik, jangan harap kau bisa masuk dan tidur seranjang denganku malam ini. Mengerti?” Continue reading ONESHOT : Remember When

My Secret, His Son #13

My Secret1 copy

Setelah sebelumnya aku berduet dengan mamak tercintaku, Mak Nata, nah, kali ini aku berduet dengan Kak Riza. Makasih banget atas bantuannya, Kak. Hihihi… Diriku selalu merepotkan dikau :p Nah, buat yang penasaran sama tulisan Kak Riza (dia juga penulis ff lho), kalian bisa acak-acak blog dia. Silakan klik di sini. Well, part ini lumayan panjang. Semoga gak bosen ya. Akhir kata, kuucapkan selamat membaca dan maafkan kegejean kami ya. Kritik dan saran ditunggu. Ingatlah untuk selalu menjadi pembaca yang budiman. 😀

Tubuh langsing dan tinggi semampai bak supermodel itu menginjakkan kakinya di gedung bertingkat yang berdiri kokoh di hadapannya. Sejenak, gadis itu membetulkan letak kacamata hitamnya, mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan tanpa ragu melangkah masuk ke gedung tersebut.

Semua mata tertuju padanya. Para karyawan di perusahaan itu menghentikan aktivitas mereka dan terpaku pada gadis tersebut. Keramaian yang pada awalnya sempat tercipta sontak disusupi oleh keheningan. Yang terdengar hanya mesin fotokopi yang sedang mencetak kertas dan suara operator yang  mengumumkan jadwal rapat mingguan di divisi pemasaran.

Adel tidak memedulikan tatapan mereka. Ia terus berjalan menuju lift, menekan tombol di sampingnya dan tak sampai tiga detik, dentingan halus terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu besi tersebut. Adel melangkah masuk, menekan tombol yang berada di deretan paling atas. Sembari menunggu laju lift yang akan membawanya ke lantai teratas, Adel melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tepat pukul 2.30. Seharusnya pria itu ada di ruang kerjanya.

Dentingan halus kembali terdengar. Adel melangkah keluar dan kejadian seperti tadi kembali terulang. Bedanya, karyawan yang berada di lantai teratas tidak sebanyak yang di bawah dan mayoritas adalah karyawan permanen serta para petinggi yang telah bekerja lama. Tatapan yang mereka berikan juga tidak seintens para karyawan di bawah. Continue reading My Secret, His Son #13

My Secret, His Son #12

My Secret1 copy

Happy reading 😉

Marc sengaja datang ke sekolah Miguel setengah jam sebelum bel pulang berbunyi. Pria itu berjalan ke bagian administrasi sekolah dengan tergesa-gesa. Raut gelisah tak mampu disembunyikan oleh sang pemilik wajah tampan itu. Pria itu disambut hangat oleh Colin Edward, si petugas administrasi. Setelah dipersilakan duduk, mereka langsung masuk ke inti pembicaraan. Raut tak nyaman di wajah Marc semakin menjadi saat Mr. Edward menjelaskan apa yang menjadi penyebab salah satu siswanya yang bernama Miguel Sánchez tidak dapat mengikuti acara field trip.

Dada Marc bagai terhantam beton saat mencerna setiap informasi yang diberikan Mr. Edward. Perlahan, amarah menjalari saraf-sarafnya.

“Kami tidak bisa memaksa orangtua dari siswa yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam acara ini, Mr. Márquez, akibat masalah keuangan yang dialami oleh ibunya Miguel. Dan dengan berat hati, kami tidak mengikutsertakan Miguel dalam acara field trip ini.”

“Memangnya kau tidak bisa memberikan sedikit keringanan untuk mereka?!” bentak Marc, tiba-tiba merasa kesal terhadap petugas administrasi itu. Continue reading My Secret, His Son #12

{Epilogue} My Baby, You

Sesuai dengan judul, part ini adalah epilog dari My Baby, You. Jadi bagi yang belum baca ff itu, monggo, dibaca dulu biar gak bingung pas baca part yang ini. Happy reading 😉

“Tidak mau! Aku mau Daddy! Aku mau Daddy, Mommy!” teriak bocah kecil itu sembari menepis keras lengan ibunya. Bocah perempuan itu mengembungkan pipi kesal. Bibirnya cemberut dan wajahnya memerah. Tampak pucat masih menghiasi wajah oval mungilnya.

“Iya, Sayang. Daddy sudah di jalan. Alba sabar ya,” sang ibu berucap sembari tersenyum lembut, penuh kesabaran menghadapi kerewelan putrinya.

“Aku mau Daddy, Mommy!” Bocah itu 4 tahun kembali merengek seraya menjambak selimut pink-nya dengan kesal.

“Tak lama lagi Daddy pulang, Sayang.” Laura memeluk bocah itu, mencium hangat keningnya dan mengusap lembut punggungnya. Laura menyentuhkan pipinya ke kening Alba. Sisa demam anak itu masih terasa.

“Daddy lama sekali sih. Aku kan kangen Daddy,” rajuknya.

Laura menyentuh pipi Alba dan tersenyum. “Nak, Daddy-mu pasti pulang kok. Alba yang sabar. Sebentar lagi Daddy sampai.” Continue reading {Epilogue} My Baby, You

My Secret, His Son #11

My Secret1 copy

Jangan jadi pembaca gelap ya. Gelap-gelap itu gak bagus lho. Percaya deh. Hihihihi…. Happy reading 😉 😀

Laura memijat pelan keningnya dan sesekali mengembuskan napas dengan berat. Tangannya sibuk membolak-balikkan kertas-kertas yang berisi laporan keuangan bulanan toko bunga miliknya.

Bencana, batinnya.

Omzet penjualannya turun drastis daripada bulan sebelumnya. Tidak ada pemasukan. Yang ada ia merugi. Krisis ekonomi yang kini melanda Spanyol telah membawa dampak signifikan pada beberapa industri yang ada. Dan Laura merasakan imbas dari krisis tersebut.

Bagaimana ini? Laura menggigit bibirnya, memikirkan berbagai tagihan yang sudah menunggu di depan mata. Ia tidak tahu harus membayar dengan apa. Continue reading My Secret, His Son #11

Keluarga Marquez Punya Cerita [Bagian 4]

cove2r

Judul : Doa Anak Sholeh

Cerita dari Miguel…

Hai, pembaca Miguel yang unyuk-unyuk, hari ini Miguel mau bagi-bagi cerita lagi lho. Jadi… semalem kan malam minggu tuh. Masa Miguel diusir sama Daddy dan Mommy dari rumah. Jahat banget kan mereka? Demi bikin dedek buat Miguel masa anaknya dibuang ke rumah Grandpa Julia dan Grandma Roser. Miguel kan gak mau. Miguel maunya sama Mommy dan Daddy aja, sekalian lihat proses pembuatan dedek buat Miguel. Eh, Mommy malah melototin mata ke arah Miguel, sedangkan Daddy malah senyam-senyum gak jelas gitu. Hih! Kalo mata Mommy bagus sih gak pa-pa. Lah? Ini… mata gak ada bagus-bagusnya. Masih bagus mata kuntilanak di pohon tetangga sebelah. Nyebelin banget, kan?

Skip!

Aduh, ceman-ceman Miguel. Miguel jadi atut nih. Si Mommy mulai melototin matanya lagi. Padahal kan Miguel cerita apa adanya. Kayaknya jatah Miguel buat bercerita bakal dipotong deh.

Lanjut ke cerita.

Jadi, mau tak mau Miguel nginap di rumah Grandpa dan Grandma. Oh ya, Uncle Alex juga tinggal di sini lho. Miguel punya cerita nih tentang Uncle Alex. Ternyata Uncle Alex ini punya burket alias bubur ketek. Sumpeh, Miguel gak bohong. Kan semalam Miguel tidur sama Uncle Alex. Nah, pas tengah malam, Miguel kebangun gara-gara cium bau asem. Miguel kira Miguel berak di celana. Eh, tau-taunya tuh bau datang dari ketek Uncle Alex. Coba ceman-ceman Miguel bayangkan, itu baunya ampunnnn DJ, busuk pakai banget. Keterlaluan deh pokoknya. Lain kali Miguel ogah banget tidur sama Uncle Alex. Bikin cepat mati kalo dekat-dekat sama tuh orang. Busuknya itu lho… gak nahan, kayak parfum impor (read : tahan lama).

Omong-omong soal bau busuk, ceman-ceman Miguel masih ingat gak cerita di episode sebelumnya tentang kancut Daddy? Akhirnya kancut busuk Daddy udah dicuci lho sama Mommy. Jadi bersihhhhhhhh banget setelah digosok Mommy pakai sabut kelapa. Ini beneran. Soalnya Miguel juga bantuin Mommy buat bersihin kancut busuk Daddy. Bantu-bantunya sih gak banyaklah. Miguel cuma bantu doa dan ngeliatin aja. Doa anak sholeh gitu lho. Hihihi….

Cukup sekian ya cerita dari Miguel. Sampai jumpa di cerita-cerita lainnya. Dah… Dah…

Trilogy White Lotus : Give Me One More Chance #1

126 copy

Happy reading 😉

Marc menatap sekilas bagian depan rumah mewah yang berdiri kokoh di hadapannya. Dengan ukiran indah di setiap pilar-pilarnya, berlatar belakang Yunani yang begitu kental.

Jantung laki-laki itu berdegup kencang. Amarah menguasai dirinya. Dalam hati ia terus menerus mengutuki dirinya, perbuatannya dan kini di sinilah dirinya, di kediaman keluarga gadis itu.

Marc tidak tahu separah apa kerusakan yang telah ia perbuat (lagi) hingga gadis itu harus dibawa pulang oleh kedua orangtuanya ke rumah ini—bahkan sebelumnya gadis itu sempat dilarikan ke rumah sakit dan sialnya, ia sebagai kekasihnya tidak tahu-menahu tentang sakitnya Laura. Betapa bodohnya dan tidak bergunanya ia. Continue reading Trilogy White Lotus : Give Me One More Chance #1